Jumat, 17 Mei 2013

AGAMA PERSIA KUNO


AGAMA PERSIA KUNO
(PEMBANDING)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mingguan Pada Mata Kuliah
Agama-Agama Minor

Dosen Pembimbing: Hj. Siti Nadroh, M.Ag


Oleh:
Intan Marhumah (1110032100050)
Sintia Aulia Rahamah (1110032100019)


PRODI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
PEMBAHASAN
AGAMA PERSIA KUNO

A.    Sejarah dan Perkembangan Persia
            Iran atau Pesia adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap digunakan untuk menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa lainnya, yaitu bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut. Ras Arya merupakan salah satu ras Indo-European. Migrasi bangsa Arya ke berbagai belahan bumi seperti ke Asia kecil dan India dimulai pada 2.500 Sebelum Masehi (SM). Peradaban di dataran tinggi Iran dimulai 600 tahun SM di mana saat itu terdapat 2 kerajaan yakni Parsa di sebelah Selatan dan Medes di Timur Laut Iran.[1] Baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Assyria.  Namun, sejak 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran dikenal dengan nama Persia.[2]
            Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.[3]

1.      Masa Kekaisaran Akhemeniyah dan Kekaisaran Media
                  Pada milenium kedua dan ketiga, Bangsa Arya hijrah ke Iran dan mendirikan kekaisaran pertama Iran, Kekaisaran Media (728-550 SM). Kekaisaran ini telah menjadi simbol pendiri bangsa dan juga kekaisaran Iran, yang disusul dengan Kekaisaran Achaemenid (648–330 SM) yang didirikan oleh Cyrus Agung.
                  Cyrus Agung juga terkenal sebagai pemerintah pertama yang mewujudkan undang-undang mengenai hak-hak kemanusiaan, tertulis di atas artefak yang dikenal sebagai Silinder Cyrus. Ia juga merupakan pemerintah pertama yang memakai gelar Agung dan juga Shah Iran. Di zamannya, perbudakan dilarang di kawasan-kawasan taklukannya (juga dikenal sebagai Kekaisaran Persia.) Gagasan ini kemudian memberi dampak yang besar pada peradaban-peradaban manusia setelah zamannya.
                  Kekaisaran Persia kemudian diperintah oleh Cambyses selama tujuh tahun (531-522 M) dan kemangkatannya disusul dengan perebutan kuasa di mana akhirnya Darius Agung (522-486 M) dinyatakan sebagai raja.
                  Ibu kota Persia pada zaman Darius I dipindahkan ke Susa dan ia mulai membangun Persepolis. Sebuah terusan di antara Sungai Nil dan Laut Merah turut dibangun dan menjadikannya pelopor untuk pembangunan Terusan Suez. Sistem jalan juga turut diperbaharui dan sebuah jalan raya dibangun menghubungkan Susa dan Sardis. Jalan raya ini dikenal sebagai Jalan Kerajaan.
                  Selain itu, pen-syiling-an dalam bentuk daric (syiling emas) dan juga Shekel (syiling perak) diperkenalkan ke seluruh dunia. Bahasa Persia Kuno turut diperkenalkan dan diterbitkan di dalam prasasti-prasasti kerajaan.
                  Di bawah pemerintahan Cyrus Agung dan Darius yang Agung, Kekaisaran Persia menjadi sebuah kekaisaran yang terbesar dan terkuat di dunia zaman itu. Pencapaian utamanya ialah sebuah kekaisaran besar pertama yang mengamalkan sikap toleransi dan menghormati budaya-budaya dan agama-agama lain di kawasan jajahannya.[4]
                  Pada tahun 334 SM, Alexander Agung, Kaisar Macedonia, Yunani, merentangkan kekuasaannya hingga mampu menaklukkan dan menguasai Imperium Persia. Alexander bahkan memerintahkan pasukannya untuk membunuh ribuan tentara Persia, dan membakar ibu kotanya: Parsepolis. Tindakan ini sengaja dia lakukan sebagai balasan atas pembakaran kota Athena yang dulu dilakukan pasukan Persia. Alexander sendiri mengikrarkan bahwa dia adalah pewaris tahta raja-raja Arkhemeniyah. Alexander pun mengikuti cara hidup, tradisi, dan budaya Persia, bahkan berusaha menciptakan kebudayaan baru yang memadukan kebudayaan Persia dan Yunani (helenistik). Selain menaklukkan Persia dan menyemaikan Helenistik, Alexander juga menyungguhkan model pemerintahan baru ala Persia kepada Barat-Yunani, khususnya yang berkaitan dengan tata negara dan undang-undang, yang pada gilirannya menjadi asas model tata Imperium Romawi di kemudian hari.
                  Setelah sesaat kematian Alexander pada tahun 323 SM, terjadilah perpecahan diantara para panglima militernya. Mereka pun mulai membagi wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan Alexander. Wilayah Persia sendiri pada akhirnya menjadi milik panglima Seleukus, salah seorang Jenderal Alexander. Sejak masa tersebut, Persia memasuki era pemerintahan Kekaisaran Seleukus yang berlangsung hingga tahun 141 SM. Dibawah kekaisaran Seleukus, Persia mengalami babak sejarah yang cemerlang. Kekaisaran ini berhasil menggabungkan Asia Kecil, Syam, Irak, dan Iran menjadi satu kesatuan wilayah. Ibukota baru pun didirikan sebagai pusat pemerintahannya, yaitu Seleukia di tigris, Irak. Dinasti ini juga mempunyai ibu kota kedua di wilayah bagian barat, yaitu Antakya yang terletak di lembah Sungai al-Ashi.
2.      Masa Kekaisaran Parthia
      Kekaisaran Pathia (247-224) bermula dengan Dinasti Arsacida yang menyatukan dan memerintah dataran tinggi Iran, yang juga turut menaklukkan wilayah timur Yunani pada awal abad ketiga Masehi dan juga Mesopotamia antara tahun 150 SM dan 224 M. Nama Arsacia dinisbahkan kepada raja pertamanya, yaitu  Arsacia I. Dinasti ini berasal dari klan Saka yang mendiami wilayah timur laut Iran. Dinasti ini telah berhasil menaklukkan kekaisaran Seleukus demi merentangkan pengaruh dan kekuasannya hingga ke seluruh wilyah Persia. Nama Arsacia kemudian dipakai sebagai gelar untuk seluruh kekaisaran Parthia, seperti gelar pada raja-raja Romawi. Kekaisaran Parthia (Arsacia) banyak terlibat serangkaian perang dengan pihak Imperium Romawi. Mereka bahkan pernah meraih kemenangan gemilang atas Romawi pada tahun 54 SM. Kemenangan ini menjadi Imperium Persia (masa kekaisaran Parthia) menjadi satu-satunya kekuatan terbesar dunia saat itu. Sekalipun rentang masa pemerintahan kekaisaran ini mencapai lima abad lebih, namun tidak meninggalkan banyak jejak peradaban bagaimana Kekaisaran Persia lainnya. Kekaisaran Parthia hanya meninggalkan jejak seni yang sederhana.[5]
                  Tentara-tentara Parthia terhagi atas dua kelompok berkuda, tentara berkuda yang berperisai dan membawa senjata berat, dan tentara berkuda yang bersenjata ringan dan kudanya lincah bergerak. Sementara itu, tentara Romawi terlalu bergantung kepada infantri, menyebabkan Romawi sukar untuk mengalahkan Parthia. Tetapi, Parthia kekurangan teknik dalam perang tawan, menyebabkan mereka sukar mengawal kawasan taklukan. Ini menyebabkan kedua belah pihak gagal mengalahkan satu sama lain.
                  Kekaisaran Parthia tegak selama lima abad (Berakhir pada tahun 224 M,) dan raja terakhirnya kalah di tangan kekaisaran lindungannya, yaitu Sassania.[6]
3.      Masa Kekasiran Sasania
                  Kekaisaran Sasanid: didirikan oleh Ardhashir I yang berkuasa pada tahun 224 M. Dinasti ini dipercayai sebagai pembangun dan penghidup kembali peradaban Persia dan Zoroaster, sekaligus berupaya membangun kembali tradisi Persia peninggalan Dinasti Arkhemeniyah. Dinasti ini justru membuka kontak dagang denga pihak musuh utama mereka, yaitu Romawi (Byzantium), juga dengan pihak Cina. Penggalian arkeologis di Cina menemukan adanya koin-koin (mata uang) perak dan emas Sasanid yang digunakan selama beberapa abad lamanya.
                  Ardhashir memiliki posisi yang tinggi dalam sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sejarah orang-orang Iran. Dia dipandang sebagai sosok yang berhasil menyatukan bangsa Iran, orang yang menghidupkan kembali ajaran Zoroaster, sekaligus sebagai pendiri Imperium Pahlavi. Ardhashir wafat pada tahun 240 M dan digantikan oleh putranya, Shapur yang kembali memerangi Imperium byzantium, dan berhasil menaklukkan kaisar Romawi, Valerian pada tahun 260 M. Beberapa waktu kemudian, Shapur mendirikan akademi Gundishapur di Gundeshapur. Dia pun kembali membangun tata kerajaan dan Imperium Persia, seperti membangun banyak kota-kota utama, salah satunya adalah Nishapur. Pada periode berikutnya, muncul Raja Anusherwan (531-579 M) yang dikenal sangat adil dan bijak dalam memerintah. Pada awal pemerintahannya, dia telah mampu menghilangkan fitnah pengikut Mazdak dan memulihkan stabilitas situasi di Iran. Kemudian, tahta Kekaisaran Sasanid bergantian pada masa 629-632 M. Pada tahun 642 M, pasukan muslim berhasil mengalahkan bangsa Persia pada dua pertempuran: Perang Qadisiyah dan Perang Nahawan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Setelah itu, kaum muslim tersebar di negara Persia hingga pemerintahan Dinasti Sasanid berakhir.[7]
                  Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorang pun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
                  Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.[8]

4.      Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia

                  [9]Setelah pemelukan Islam, orang-orang Persia mulai membentuk gambaran Islam Persia, di mana mereka melestarikan gambaran sebagai orang Persia tetapi pada masa yang sama juga sebagai muslim. Pada tahun 8 M, Parsi memberi bantuan kepada Abbassiyah memerangi tentara Umayyah, karena Bani Umayyah hanya mementingkan bangsa Arab dan memandang rendah kepada orang Persia. Pada zaman Abbassiyah, orang-orang Persia mula melibatkan diri dalam administrasi kerajaan. Sebagian mendirikan dinasti sendiri.
                  Pada abad kesembilan dan kesepuluh, terdapat beberapa kebangkitan ashshobiyyah Persia yang menentang gagasan Arab sebagai Islam dan Muslim. Tetapi kebangkitan ini tidak menentang identitas seorang Islam. Salah satu dampak kebangkitan ini ialah penggunaan bahasa Persia sebagai bahasa resmi Iran (hingga hari ini.)
                  Pada zaman ini juga, para ilmuwan Persia menciptakan Zaman Kegemilangan Islam. Sementara itu Persia menjadi tumpuan penyebaran ilmu sains, filsafat dan teknik. Ini kemudian memengaruhi sains di Eropa dan juga kebangkitan Renaissance.
                  Bermula pada tahun 1220, Parsi dimasuki oleh tentera Mongolia di bawah pimpinan Genghis Khan, diikuti dengan Tamerlane, dimana kedua penjelajah ini menyebabkan kemusnahan yang parah di Persia.

5.      Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi dan Iran Modern
                  [10]Parsi mulai berganti menjadi Islam Syiah pada zaman Safawi, pada tahun 1501. Dinasti Safawi kemudian menjadi salah satu penguasa dunia yang utama dan mulai mempromosikan industri pariwisata di Iran. Di bawah pemerintahannya, arsitektur Persia berkembang kembali dan menyaksikan pembangunan monumen-monumen yang indah. Kejatuhan Safawi disusuli dengan Persia yang menjadi sebuah medan persaingan antara kekuasaan Kekaisaran Rusia dan Kekaisaran Britania (yang menggunakan pengaruh Dinasti Qajar). Namun begitu, Iran tetap melestarikan kemerdekaan dan wilayah-wilayahnya, menjadikannya unik di rantau itu. Modernisasi Iran yang bermula pada lewat abad ke-19, membangkitkan keinginan untuk berubah dari orang-orang Persia. Ini menyebabkan terjadinya Revolusi Konstitusi Persia pada tahun 1905 hingga 1911. Pada tahun 1921, Reza Khan (juga dikenal sebagai Reza Shah) mengambil alih tahta melalui perebutan kekuasaan dari Qajar yang semakin lemah. Sebagai penyokong modernisasi, Shah Reza memulai pembangunan industri modern, jalan kereta api, dan pendirian sistem pendidikan tinggi di Iran. Malangnya, sikap aristokratik dan ketidakseimbangan pemulihan kemasyarakatan menyebabkan banyak rakyat Iran tidak puas.
                  Pada Perang Dunia II, tentara Inggris dan Uni Soviet menyerang Iran dari 25 Agustus hingga 17 September 1941, untuk membatasi Blok Poros dan menggagas infrastruktur penggalian minyak Iran. Blok Sekutu memaksa Shah untuk melantik anaknya, Mohammad Reza Pahlavi menggantikannya, dengan harapan Mohammad Reza menyokong mereka.
                  Malangnya, pemerintahan Shah Mohammad Reza bersifat otokratis. Dengan bantuan dari Amerika dan Inggris, Shah meneruskan modernisasi Industri Iran, tetapi pada masa yang sama menghancurkan partai-partai oposisi melalui badan intelijennya, SAVAK. Ayatollah Ruhollah Khomeini menjadi oposisi dan pengkritik aktif terhadap pemerintahan Shah Mohammad Reza dan kemudian ia dipenjarakan selama delapan belas bulan. Melalui nasihat jenderal Hassan Pakravan, Khomeini dibuang ke luar negeri dan diantar ke Turki dan selepas itu ke Irak.

6.      Revolusi Islam dan Perang Iran-Irak
                  [11]Protes menentang Shah semakin meningkat dan akhirnya terjadilah Revolusi Iran. Shah Iran terpaksa melarikan diri ke negara lain setelah kembalinya Imam Khomeini dari pembuangan pada 1 Februari 1979. Khomeini kemudian mengambil alih kekuasaan dan membentuk pemerintahan sementara, pada 11 Februari yang dikepalai Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri. Setelah itu, Khomeini mengadakan pungutan suara untuk membentuk sebuah Republik Islam. Keputusan undian menunjukkan lebih dari 98% rakyat Iran setuju dengan pembentukan itu. Sistem pemerintahan baru yang dibentuk berasaskan undang-undang Islam, sayangnya hanya diterapkan sebagian.
                  Tetapi, hubungan Iran dengan Amerika menjadi keruh setelah revolusi ini, terutama saat mahasiswa-mahasiswa Iran menawan kedutaan Amerika pada 4 November 1979, atas alasan kedutaan itu menjadi pusat intelijen Amerika. Khomeini tidak mengambil tindakan apapun mengenai tidakan ini sebaliknya memuji mahasiswa-mahasiswa itu. Sebagai balasan, Iran menginginkan ShahMohammad Reza Pahlavi dikembalikan ke Iran, tetapi ini tidak mereka setujui. Setelah 444 hari di dalam tawanan, akhirnya para tawanan itu dibebaskan sebagai tindak lanjut Deklarasi Aljir.
                  Pada saat yang sama, Saddam Hussein, presiden Irak saat itu, mengambil kesempatan di atas kesempitan setelah revolusi Iran dan juga kekurangan popularitas Iran di negara-negara barat, untuk melancarkan perang atas Iran. Tujuan utama peperangan ini ialah menaklukkan beberapa wilayah yang dituntut Irak, terutamanya wilayah Khuzestan yang kaya dengan sumber minyak. Saddam pula ketika itu mendapat sokongan dari Amerika, Uni Soviet dan beberapa negara Arab lain. Tentara Iran pula yang suatu masa dahulu merupakan sebuah tentara yang kuat, telah dibubarkan saat itu. Walau bagaimanapun, mereka berhasil mencegah bahaya tentara Irak seterusnya menaklukkan kembali wilayah Iran yang ditaklukkan Irak. Dalam peperangan ini puluhan ribu nyawa, baik penduduk awam maupun laskar Iran, menjadi korban. Jumlah korban diperkirakan antara 500.000 hingga 1.000.000.
                  Iran adalah salah satu di antara anggota pendiri PBB dan juga kepada OKI dan juga GNB. Sistem politik di Iran berasaskan konstitusi yang dinamakan "Qanun-e Asasi" (Undang-undang Dasar)

B.     Agama Persia Kuno
            Bangsa Iran sangat erat hubungannya dengan bangsa Indo-Arya, yang menyerbu anak benua Indo-Pakistan sekitar 1500 SM, dan telah menulis Weda. Mereka tinggal bersama-sama selama berabad-abad di Afghanistan, Bactria, dan Iran Utara.
            Pada awalnya, kepercayaan bangsa Persia kuno ini erat kaitannya dengan hijrahnya bangsa indo-Arya ke Persia, karena bangsa indo-Arya memegang kepercayaan terhadap banyak Dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Selain itu, pada saat di India kepercayaan Arya jga bercampur-baur dengan kepercayaan bangsa Dravida yaitu mempercayai pemujaan terhadap roh nenek moyang.
            Dewa-dewa bangsa indo-Arya yang di puja dan dihormati yaitu Armiti sebagai dewa Bumi, Mithra sebagai Dewa Matahari, Bayu sebagai Dewa Angin[12], Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api.[13]
            Kemudian, sekitar tahun 660-583 SM muncullah agama Zoroaster yang didirikan oleh Zarathustra. Tetapi tahun tersebut tidak menjadi patokan pasti berdirinya agama tersebut di Persia, karena banyak literatur yg menyatakan tahun yang berbeda pula, namun kisaran yang sering di gunakan oleh para penulis berdasarkan dari bukti-bukti yang ada.
            Keyakinan agama zoroaster meliputi aspek monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya keyakinan Zoroaaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun seiring perkembangannya, keyakinan agama ini jg meliputi Paganisme. Pof. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, menyatakan bahwa Zarathustra menyerukan ajaran monoteisme untuk menyembah Tuhan yang satu, pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah). Dia menyebut Tuhan yang satu itu dengan nama “Ahura Mazda”.
Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting.
      Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
      Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
      Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
      Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.”[14]
      [15]Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1.      Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.      Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3.      Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
                        Selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual lain, seperti Maniisme[16]penyembah api, dan Madzhab Mazdak. Madzhab Mazdak ini yang menggugurkan hak kepemilikan individu. Penganutnya meyakini kepemilikan bersama, termasuk perempuan dan harta serat menghapus tradisi pernikahan.Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang Raja Dinasti Sasanid. Baik Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan Persia yang lainnya, ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat dan adanya Messiah. Dikatakan, Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte Yahudi, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran Zoroaster, terutama dalam konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Namun demikian, diantara kelompok-kelompok agama tersebut kelompok yang  paling penting di dunia adalah agama Zoroaster atau Parsi India. Kelompok ini sering dibandingkan dengan kelompok Yahudi.[17]



C.    Praktek Agama Persia Kuno
            Praktek penyembahan para dewa dengan cara melakukan pengorbanan untuk menyenangkan hati para dewa. Api dinyalakan di atas altar yang dibangun khusus dan ke dalamnya dilemparkan daging binatang, biji-bijian, dan susu perah, sementara itu para pendeta mengalunkan pujian suci kepada para dewa tersebut. Apa yang dianggap khusus menyenangkan para dewa adalah persembahan berupa sari tanaman yang memabukkan, yang disebut soma dalam hymne Weda dan homa dalam Avesta.
            Sementara, untuk penyembahan kepada nenek moyang di lakukan dengan cara sesajen untuk arwah para nenek moyang berupa suatu kue yang disebut darun (Iran) atau purodasha (Indo-Arya).[18]
            Sedangkan Agama Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk senantiasa menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terdapat di setiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku api itu dijaga dan diurus oleh Magi[19], rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari, mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk-serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut.[20]

D.    Peradaban Persia
            Persia merupakan rumah dari salah satu peradaban tertua didunia. Dari tulisan-tulisan sejarah, peradaban Iran yang pertama ialah Proto-Iran[21], diikuti dengan peradaban Elam. Cyrus memimpin pasukan penunggang kuda dan pemanah ulung. Mengambil keuntungan dari kelemahan para tetangga, ia menaklukkan sebuah kerajaan yang wilayahnya terentang dari Laut Mediterania hingga ke Afganistan. Bangsa Persia mendapat dukungan dari warga taklukan berkat pemerintahan yang adil. Darius I memperluas wilayah hingga ke India dan Yunani. Ia mengatur ulang kerajaan dan menunjuk para satrap (gubernur) di setiap provinsi. Ia memungut pajak dari setiap provinsi berupa padi-padian, perak dan hasil pertanian.[22]
            Yang dihasilkan oleh peradaban Persia diantaranya, yang sangat terkenal karena kesusatraannya. Sehingga hampir seluruh Negara di dunia pasti mengenal budaya tersebut. Dalam bidang kesusastraan, budaya Persia terkenal dengan bahasa parsinya. Yang merupakan bahasa penulisan setelah sebelumnya menggunakan bahasa avista. Bahasa parsi sendiri termasuk dalam rumpun bahasa indo-Europa, yakni rumpun bahasa yang berasal dari dataran tinggi Iran. Bahasa lain yang masuk ke dalam rumpun tersebut adalah bahasa yang sudah tidak asing lagi di Negara Indonesia, yakni bahasa sangsekerta atau bahasa sangskrit. Sementara itu bahasa yang digunakan oleh bahasa eropa dan termasuk ke dalam rumpun ini antara lain adalah bahasa latin, jerman dan belanda.
            Kemudian hasil peradaban yang lainnya yakni dalam bidang arsitektur yakni Kincir angin Persia kuno yang merupakan salah satu kincir angin tertua yang pernah dibuat oleh manusia. Kincir angin ini dibuat oleh peradaban Persia sekitar 3000 tahun yang lalu. Kincir angin ini digunakan untuk menggiling gandum dan memompa air. Selain kincir angin ada juga menara angin atau wind tower ini digunakan oleh masyarakat Persia untuk sistem ventilasi udara di rumah – rumah mereka. Sistem ventilasi mereka jauh lebih rumit dari sistem ventilasi rumah pada saat ini.[23]















LAMPIRAN-LAMPIRAN


1.     
IMG00340-20130321-1130.jpg

Salah Satu Jembatan Yang Dibangun Pada Masa Dinasti Sasanid Yang Kini Telah Direnovasi

2.      Peta puncak kejayaan bangsa Persia di bawah kekaisaran Darius

IMG00387-20130321-1419.jpg

3.      Kincir Angin tertua di Persia dan menara angin atau wind tower

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010
Ø  Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988
Ø  Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama Besar Dunia, Peshawar:1975
Ø  Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi



[2] Sami bin Abdullah al-Maghlouth,  Atlas Agama-Agama. (Jakarta : 2010, Almahira), Hal. 465
[4] Ibid
[5] Sami bin Abdullah al-Maghlouth,  Atlas Agama-Agama. (Jakarta : 2010, Almahira), Hal. 466
[7] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 466.
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal.72
[14] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal.470
[15] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 270
[16] Maniisme atau Manikheisme adalah sebuah aliran kepercayaan dualistik yang didasarkan pada ajaran-ajaran Mani. Tokoh utama aliran ini adalah Manichaeus.
[17] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal. 471
[18] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal.71
[19] Magi adalah para pemimpin agama.
[20] Sami bin Abdullah al-Maghlouth. Atlas Agama-Agama. Jakarta : 2010. Almahira. Hlm 469.
[21] suku purba Proto-Indo-Eropa Arya
[22] Tim Kingfisher. Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya Jilid 1. Jakarta: 2009. PT. Lentera Abadi. Hlm. 40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar