Sabtu, 18 Mei 2013

Agama Jain



RESPONDING PAPER
AGAMA JAIN
Dosen Pembimbing:
Ibu Hj. Siti Nadroh, M.Ag

Intan Marhumah
1110032100050
PA/B/VI

Hari/Tanggal   : 22 April 2013
Waktu             : 08.00-09.45 WIB
Ruang              : FUF. 313
Pembicara        : - Ahmad Khoirul Roziqin
                          - Kurniawan Nugraha
Pembanding    : Novita Nurul Aini


A.    Sejarah Perkembangan Agama Jain
            Jain bermakna penaklukan. Yang dimaksud penaklukan disini ialah penaklukan kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi.[1] Salah satu filsuf berkata “ Jain adalah gerakan rasionalisme yang bebas dari kekuasaan Weda kitab suci umat Hindu dan terbentuk dari karakter umum masyarakat Hindu. Jainisme berpegang pada latihan rohani yang melelahkan dan kontrol yang sulit. Poinnya adalah tidak peduli pada kenikmatan dan penderitaan. Caranya dengan menjalani hidup dalam kesengsaraan dan kekerasan. Selain itu, dengan menjadi seorang rahib (pendeta) tetapi bukan Brahma.[2]
            Vadharmana, orang pertama yang mendirikan jainisme. Umat Jain biasa memanggilnya Mahavira (599-527 SM). Mahavira lahir dari keturunan golongan Ksatria yang memegang kendali politik dan ketentaraan. Mahavira dibesarkan dirumahnya yang penuh dengan kebesaran, di tengah-tengah kemewahan dan kesenangan. Keluarganya tinggal di Pisarah berdekatan dengan sebuah Bandar yang sekarang dinamakan Patna di wilayah Bihar. Bapaknya, Sidartha adalah seorang anggota ketentaraan. Sidartha telah menikah dengan anak perempuan ketua mejelis Tris Sala.
            Setelah sang ayah meninggal dan kekuasaan kota diserahkan kepada kakaknya, mahavira meminta izin sang kakak agar merestui dirinya menapaki jalan kerahiban. Sang kakak pun mengizinkan. Setelah itu, Mahavira mulai melepas pakaian mewahnya dan menggantinya dengan pakaian orang-orang ahli badah dan pakaian pendeta.
            Mahavira terus menjalani pelatihan nafsu dan rohani selama 12 tahun hingga menjadi sebagaimana yang diucapkan para penikutnya—seseorang yang tidak lagi peduli akan rintangan seberat apapun. Setelah sampai pada tingkat tersebut, mahavira lantas beranjak ke tingkat selanjutnya: mengajak manusia untuk mengikuti ajaran dan madzhabnya. Beruntung, masyarakat menyambut seruannya karena waktu itu mereka resah dengan paham Hindu yang berlebihan. Kemudian, mahavira mengajak keluarga, kerabatnya, serta penduduk kota.
B.     Ajaran dan Praktek Keagamaannya
            Para pengikut Jain berpendapat bahwa Agama Jain adalah suatu mazhab yang amat lama dan telah cukup sempurna tatkala berada pada tangan Jain yang ke 24. Jain yang pertama namanya RASABHA. Setelah itu timbullah Jain-Jain yang lain, seorang demi seorang, hingga lahir dua orang Jain terakhir dalam tingkat zaman sejarah. Yang pertama adalah Jain yang ke 23 namanya PARSUANATH, ia telah mendirikan suatu lembaga ketuhanan yang dikaitkan dengan keperluan latihan-latihan yang berat. Dia membagi pengikutnya menjadi dua bagian, yaitu golongan khusus dan golongan umum.
Lahirlah Mahavira dan dialah Jain yang ke 24. Dia menganut prinsip-prinsip Parsunath dan menambahkan lagi dengan pikiran-pikiran, pengalaman, dan ilhamnya. Kedudukan Mahavira menjadi tinggi dan aliran ini terkenal dengan namanya serta lembaga tersebut dikenal dengan gelarnya.
            Golongan khusus adalah pendeta-pendeta, orang-orang pertapa yang mengamalkan latihan-latihan berat dan pengharaman diri serta meninggalkan keluarga dan rumah karena menjelajahi negara-negara, kota-kota, dan kampung-kampung. Sementara golongan umum adalah mereka yang mengambil jalan yang dilalui oleh orang-orang khusus tadi. Mereka tidak melakukan latihan yang berat dan melelahkan, tetapi mereka berkewajiban menyanggupi semua ajaran Jainisme.
Pokok ajaran agama jainisme:
1.      Kebebasan dari Karma maksudnya adalah  yakni sebab-akibat dari tindak laku manusiawi.
2.      Kebebasan dari samsara maksudnya adalah hidup berulang kali kedunia yang semua itu merupakan denta.

Kaum jain juga memiliki prinsip- prinsip, yaitu diantaranya :
a.       Ahimsa
b.      Satia
c.       Asetya[3]

Mahavira menyimpulkan seluruh pokok ajarannya pada Tiga Ratna Jiwa (The Three Jewels of Soul), yaitu :
1.      Pengetahuan yang benar
2.      Kepercayaan yang benar
3.      Tindakan yang benar
Tindakan yang benar itu mestilah berazaskan Lima Sumpah Terbesar (Five Great Vows),[4] yaitu :
1.      Jangan membunuh sesuatu yang hidup
2.      Jangan mencuri
3.      Jangan berdusta
4.      Jangan hidup bejat
5.      Jangan menghasratkan apapun

C.     Sekte didalam Agama Jain
            Sekitar tahun 310 SM. Terjadilah perpecahan paham dan pendirian dalam kalangan agama Jain itu, yakni lebih kurang 3 abad sepeninggalan Mahavira (599-527 SM). Perpecahan itu disebabkan musim paceklik di India utara. Sejumlah 12.000 orang dari jemaat     Jain itu, di bawah pimpinan Bhadrabahu, melakukan perpindahan menuju belahan selatan India, berdiam dan menetap dalam wilayah Mysore. Dengan begitu jemaat Jain itu telah terpecah dua, yaitu belahan utara dan belahan selatan.
            Sekitar tahun 82 M baharulah perpecahan itu menjadi resmi disebabkan masalah pakaian. Jemaat Jain yang mendiami wilayah pada belahan utara pegunungan Vindaya, yang bersuhu sejuk itu, selalu mengenakan pakain putih. Jemaat Jain itulah yang dipanggilkan dengan sekta Svetambara, yakni jemaat berpakain putih.
            Tetapi jemaat Jain yang mendiami wilayah pada belahan selatan pegunungan Vindhya itu, yang sepanjang tahun beriklim panas, tidak mengenakan pakaian agak sehelai benangpun. Jemaat Jain itulah yang dipanggilkan dengan sekta Digambara, yakni jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit.

D.    Kitab Suci Agama Jain
            Kitab suci di dalam agama Jain (Siddhanta) itu bermakna : pembahasan. Dan  kitab suci Jain bisa disebut dengan nama Agamas yang bermakna : perintah, ajaran, dan bimbingan.[5]
            Kitab suci Jain  hanyalah sekumpulan 55 khotbah mahavra, beberapa pidato dan wasiat yang berhubungan dengan para murid, pendeta, dan ahli ibadah aliran tersebut. Warisan ini turun-temurun berpindah secara lisan yang baru terkumpul pada abad ke-4.

Orang Jain juga percaya dengan permata yakut yang tiga atau bisa disebut tiga ratna jiwa diantaranya yaitu:

1.      Permata atau mutiara yang pertama adalah itikad yang sah, dialah puncak penyelamatan.
2.      Permata atau mutiara yang ke dua adalah ilmu yang benar, maksudnya adalah pengetahuan mengenai alam dari kedua segi rohaninya dan kebendaan serta membedakan diantara keduanya.
3.      Permata atau mutiara yang ketiga adalah akhlak yang benar, maksudnya adalah bersifat dengan akhlak Jain.


[1]               Joesoep sou’yb, agama-agama besar di dunia, penerbit pt. Al Husna Zikra, h. 128
[2]               Sami bin Abdullah al-Maghlaut, Atlas Agama-agama, h. 563
[3]              http://anharululum.blogspot.com/2011/04/mengetahui-sekilas-tentang-agama.htm
[4]               Joesoep sou’yb, agama-agama besar di dunia, penerbit pt. Al Husna Zikra, h.136
[5] Ibid, hal. 141

Tidak ada komentar:

Posting Komentar