RESPONDING
PAPER
AGAMA
JAIN
Dosen
Pembimbing:
Ibu
Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Intan
Marhumah
1110032100050
PA/B/VI
Hari/Tanggal
: 22 April 2013
Waktu : 08.00-09.45 WIB
Ruang : FUF. 313
Pembicara : - Ahmad Khoirul Roziqin
- Kurniawan Nugraha
Pembanding : Novita Nurul Aini
A. Sejarah Perkembangan
Agama Jain
Jain
bermakna penaklukan. Yang dimaksud penaklukan disini ialah penaklukan
kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi.<!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->
Salah satu filsuf berkata “ Jain adalah gerakan rasionalisme yang bebas dari
kekuasaan Weda kitab suci umat Hindu dan terbentuk dari karakter umum
masyarakat Hindu. Jainisme berpegang pada latihan rohani yang melelahkan dan
kontrol yang sulit. Poinnya adalah tidak peduli pada kenikmatan dan
penderitaan. Caranya dengan menjalani hidup dalam kesengsaraan dan kekerasan.
Selain itu, dengan menjadi seorang rahib (pendeta) tetapi bukan Brahma.<!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]-->
Vadharmana, orang
pertama yang mendirikan jainisme. Umat Jain biasa memanggilnya Mahavira
(599-527 SM). Mahavira lahir dari keturunan golongan Ksatria yang memegang
kendali politik dan ketentaraan. Mahavira dibesarkan dirumahnya yang penuh
dengan kebesaran, di tengah-tengah kemewahan dan kesenangan. Keluarganya
tinggal di Pisarah berdekatan dengan sebuah Bandar yang sekarang dinamakan
Patna di wilayah Bihar. Bapaknya, Sidartha adalah seorang anggota ketentaraan.
Sidartha telah menikah dengan anak perempuan ketua mejelis Tris Sala.
Setelah sang ayah
meninggal dan kekuasaan kota diserahkan kepada kakaknya, mahavira meminta izin
sang kakak agar merestui dirinya menapaki jalan kerahiban. Sang kakak pun
mengizinkan. Setelah itu, Mahavira mulai melepas pakaian mewahnya dan
menggantinya dengan pakaian orang-orang ahli badah dan pakaian pendeta.
Mahavira terus
menjalani pelatihan nafsu dan rohani selama 12 tahun hingga menjadi sebagaimana
yang diucapkan para penikutnya—seseorang yang tidak lagi peduli akan rintangan
seberat apapun. Setelah sampai pada tingkat tersebut, mahavira lantas beranjak
ke tingkat selanjutnya: mengajak manusia untuk mengikuti ajaran dan madzhabnya.
Beruntung, masyarakat menyambut seruannya karena waktu itu mereka resah dengan
paham Hindu yang berlebihan. Kemudian, mahavira mengajak keluarga, kerabatnya,
serta penduduk kota.
B. Ajaran dan Praktek
Keagamaannya
Para
pengikut Jain berpendapat bahwa Agama Jain adalah suatu mazhab yang amat lama
dan telah cukup sempurna tatkala berada pada tangan Jain yang ke 24. Jain yang
pertama namanya RASABHA. Setelah itu timbullah Jain-Jain yang lain, seorang
demi seorang, hingga lahir dua orang Jain terakhir dalam tingkat zaman sejarah.
Yang pertama adalah Jain yang ke 23 namanya PARSUANATH, ia telah mendirikan
suatu lembaga ketuhanan yang dikaitkan dengan keperluan latihan-latihan yang
berat. Dia membagi pengikutnya menjadi dua bagian, yaitu golongan khusus dan
golongan umum.
Lahirlah Mahavira dan dialah Jain yang ke 24. Dia menganut
prinsip-prinsip Parsunath dan menambahkan lagi dengan pikiran-pikiran,
pengalaman, dan ilhamnya. Kedudukan Mahavira menjadi tinggi dan aliran ini
terkenal dengan namanya serta lembaga tersebut dikenal dengan gelarnya.
Golongan khusus
adalah pendeta-pendeta, orang-orang pertapa yang mengamalkan latihan-latihan
berat dan pengharaman diri serta meninggalkan keluarga dan rumah karena
menjelajahi negara-negara, kota-kota, dan kampung-kampung.
Sementara golongan umum adalah mereka yang mengambil jalan yang
dilalui oleh orang-orang khusus tadi. Mereka tidak melakukan latihan yang berat
dan melelahkan, tetapi mereka berkewajiban menyanggupi semua ajaran Jainisme.
Pokok ajaran agama jainisme:
1. Kebebasan dari Karma
maksudnya adalah yakni sebab-akibat dari
tindak laku manusiawi.
2. Kebebasan dari samsara
maksudnya adalah hidup berulang kali kedunia yang semua itu merupakan denta.
Kaum jain juga memiliki prinsip- prinsip,
yaitu diantaranya :
a. Ahimsa
b. Satia
c. Asetya[3]
Mahavira menyimpulkan seluruh pokok ajarannya pada Tiga Ratna Jiwa
(The Three Jewels of Soul), yaitu :
1. Pengetahuan
yang benar
2. Kepercayaan
yang benar
3. Tindakan
yang benar
Tindakan yang benar itu mestilah berazaskan Lima Sumpah Terbesar
(Five Great Vows),<!--[4] yaitu :
1. Jangan
membunuh sesuatu yang hidup
2. Jangan
mencuri
3. Jangan
berdusta
4. Jangan
hidup bejat
5. Jangan
menghasratkan apapun
C. Sekte didalam Agama
Jain
Sekitar tahun 310
SM. Terjadilah perpecahan paham dan pendirian dalam kalangan agama Jain itu,
yakni lebih kurang 3 abad sepeninggalan Mahavira (599-527 SM). Perpecahan itu
disebabkan musim paceklik di India utara. Sejumlah 12.000 orang dari jemaat Jain itu, di bawah pimpinan Bhadrabahu,
melakukan perpindahan menuju belahan selatan India, berdiam dan menetap dalam
wilayah Mysore. Dengan begitu jemaat Jain itu telah terpecah dua, yaitu belahan
utara dan belahan selatan.
Sekitar tahun 82 M
baharulah perpecahan itu menjadi resmi disebabkan masalah pakaian. Jemaat Jain
yang mendiami wilayah pada belahan utara pegunungan Vindaya, yang bersuhu sejuk
itu, selalu mengenakan pakain putih. Jemaat Jain itulah yang dipanggilkan
dengan sekta Svetambara, yakni jemaat berpakain putih.
Tetapi jemaat Jain
yang mendiami wilayah pada belahan selatan pegunungan Vindhya itu, yang
sepanjang tahun beriklim panas, tidak mengenakan pakaian agak sehelai
benangpun. Jemaat Jain itulah yang dipanggilkan dengan sekta Digambara, yakni
jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit.
D. Kitab Suci Agama
Jain
Kitab suci di
dalam agama Jain (Siddhanta) itu bermakna : pembahasan. Dan kitab suci Jain bisa disebut dengan nama
Agamas yang bermakna : perintah, ajaran, dan bimbingan.<!--[if !support[5]
Kitab suci
Jain hanyalah sekumpulan 55 khotbah
mahavra, beberapa pidato dan wasiat yang berhubungan dengan para murid,
pendeta, dan ahli ibadah aliran tersebut. Warisan ini turun-temurun berpindah
secara lisan yang baru terkumpul pada abad ke-4.
Orang Jain juga percaya dengan permata yakut yang tiga atau bisa
disebut tiga ratna jiwa diantaranya yaitu:
1. Permata
atau mutiara yang pertama adalah itikad yang sah, dialah puncak penyelamatan.
2. Permata
atau mutiara yang ke dua adalah ilmu yang benar, maksudnya adalah pengetahuan
mengenai alam dari kedua segi rohaninya dan kebendaan serta membedakan diantara
keduanya.
3. Permata
atau mutiara yang ketiga adalah akhlak yang benar, maksudnya adalah bersifat
dengan akhlak Jain.
[1]Joesoep sou’yb, agama-agama
besar di dunia, penerbit pt. Al Husna Zikra, h. 128
[2]Sami bin Abdullah al-Maghlaut,
Atlas Agama-agama, h. 563
[4]Joesoep sou’yb, agama-agama
besar di dunia, penerbit pt. Al Husna Zikra, h.136
Hasil Responding Paper dari makalah http://word.office.live.com/wv/WordView.aspx?FBsrc=http%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fdownload%2Ffile_preview.php%3Fid%3D356231081161231%26time%3D1369655672%26metadata&access_token=100000037047545%3AAVILLvnN3GBThoonvDKSzmMQDJjsBxc_Ugq1ZzaC0i5McA&title=Makalah+AGAMA+JAIN.+ysd+zzzzzz..docx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar